Profil Desa Tempuranduwur
Ketahui informasi secara rinci Desa Tempuranduwur mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Tempuranduwur, Sapuran, Wonosobo. Mengupas potensi kopi Arabika sebagai komoditas unggulan, pesona agrowisata di salah satu desa tertinggi, serta tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat petani di atap Kecamatan Sapuran.
-
Lokasi Geografis Istimewa
Berada di salah satu titik tertinggi di Kecamatan Sapuran, Desa Tempuranduwur memiliki keunggulan iklim mikro dan kesuburan tanah yang ideal untuk pertanian komoditas bernilai tinggi.
-
Sentra Kopi Arabika Berkualitas
Desa ini merupakan lumbung utama kopi Arabika di kawasannya, dengan para petani yang semakin berfokus pada teknik pascapanen khusus untuk menghasilkan biji kopi spesialti.
-
Potensi Agrowisata Kopi yang Menjanjikan
Perpaduan antara perkebunan kopi yang subur, pemandangan alam dari ketinggian, dan proses pengolahan kopi yang otentik menjadikan desa ini memiliki potensi besar sebagai destinasi agrowisata.
Di deretan perbukitan yang menjulang di Kecamatan Sapuran, terdapat sebuah desa yang hidup selaras dengan ketinggian. Desa Tempuranduwur, sesuai dengan namanya yang menyiratkan lokasi "pertemuan air di tempat yang tinggi", merupakan salah satu pemukiman tertinggi di kawasannya. Anugerah geografis ini bukan hanya menyajikan pemandangan alam yang memukau dan udara yang sejuk, tetapi juga menciptakan habitat sempurna bagi tumbuhnya salah satu komoditas paling berharga di dunia: kopi Arabika. Desa ini ialah bukti nyata bagaimana tantangan topografi dapat diubah menjadi keunggulan ekonomi yang membanggakan, menjadikan lereng-lerengnya sebagai kebun "emas hijau" yang menghidupi warganya.
Geografi Ketinggian: Anugerah Iklim dan Kesuburan Tanah
Secara etimologi, nama Tempuranduwur berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu "tempuran" (pertemuan dua atau lebih aliran sungai) dan "duwur" (tinggi). Nama ini secara akurat mendeskripsikan kondisi geografisnya. Desa ini menjadi hulu bagi beberapa mata air dan aliran sungai kecil yang mengalir menuruni lereng, serta berada pada elevasi yang signifikan, diperkirakan di atas 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).Ketinggian ini memberikan keuntungan agroklimat yang luar biasa. Suhu udara yang sejuk dan stabil sepanjang tahun, intensitas cahaya matahari yang cukup, serta curah hujan yang memadai menciptakan iklim mikro yang sangat ideal untuk pertanian, terutama bagi tanaman yang membutuhkan kondisi spesifik untuk tumbuh optimal. Ditambah dengan struktur tanah vulkanik yang gembur dan kaya akan unsur hara, warisan dari pegunungan di sekitarnya, maka lengkaplah resep alamiah untuk menghasilkan produk pertanian berkualitas premium. Kondisi inilah yang menjadi fondasi utama bagi berkembangnya Desa Tempuranduwur sebagai sentra pertanian unggulan.
Kopi Arabika: Emas Hijau dari Lereng Tempuranduwur
Jika ada satu komoditas yang menjadi jiwa dan penggerak ekonomi Desa Tempuranduwur, maka komoditas itu ialah kopi Arabika. Di lereng-lereng desa yang subur, ribuan pohon kopi tumbuh rimbun di bawah naungan pohon-pohon pelindung, menghasilkan biji kopi dengan cita rasa yang kompleks dan aromatik. Para petani di sini telah secara turun-temurun membudidayakan kopi, namun dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran paradigma yang signifikan dari sekadar petani menjadi perajin kopi.Para petani yang tergabung dalam berbagai kelompok tani kini tidak lagi hanya menjual biji kopi mentah (ceri merah). Mereka mulai menguasai dan menerapkan berbagai teknik pascapanen yang canggih untuk meningkatkan nilai jual biji kopi mereka. Metode pengolahan seperti proses natural, proses madu (honey process) dan cuci penuh (full washed) telah menjadi praktik umum. Setiap metode menghasilkan profil rasa yang unik, mulai dari rasa buah-buahan tropis yang manis hingga keasaman yang segar seperti jeruk, yang sangat dicari di pasar kopi spesialti.Upaya ini perlahan membuahkan hasil. "Kopi Tempuranduwur" mulai dikenal di kalangan para penikmat dan penyangrai kopi, tidak hanya di Wonosobo tetapi juga di kota-kota besar lainnya. Kopi menjadi harapan baru, sebuah komoditas yang menjanjikan margin keuntungan lebih tinggi dibandingkan tanaman sayuran semusim yang harganya seringkali tidak menentu.
Data Wilayah dan Demografi Masyarakat Petani
Desa Tempuranduwur secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Luas wilayah desa ini tercatat sekitar 310,5 hektare, yang sebagian besarnya merupakan lahan pertanian produktif berupa ladang dan perkebunan. Berdasarkan data kependudukan per tahun 2025, desa ini dihuni oleh 4.112 jiwa. Dengan demikian, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.324 jiwa per kilometer persegi.Mayoritas mutlak penduduknya berprofesi sebagai petani. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat sangat lekat dengan ritme alam dan siklus pertanian. Semangat gotong royong dan kebersamaan sangat terasa, terutama saat musim panen kopi tiba, di mana para petani saling membantu memetik ceri merah yang matang sempurna. Kelompok-kelompok tani tidak hanya berfungsi sebagai lembaga ekonomi, tetapi juga sebagai pusat interaksi sosial dan wadah untuk berbagi pengetahuan.
Potensi Agrowisata Kopi: Dari Petik hingga Seduh
Kombinasi antara lanskap alam pegunungan yang indah dan budaya kopi yang mengakar kuat melahirkan potensi besar bagi Desa Tempuranduwur untuk berkembang menjadi destinasi agrowisata kopi. Konsep wisata yang ditawarkan ialah sebuah pengalaman imersif "dari kebun ke cangkir" (farm-to-cup). Pengunjung tidak hanya datang untuk menikmati pemandangan, tetapi juga untuk belajar dan terlibat langsung dalam seluruh proses perjalanan kopi.Wisatawan dapat diajak berjalan-jalan di perkebunan kopi, belajar cara memetik buah kopi yang matang, melihat proses penyortiran dan pengolahan biji di fasilitas pascapanen milik petani, hingga mencoba menyangrai kopi secara tradisional. Puncak dari pengalaman ini ialah sesi cicip kopi (coffee cupping), di mana mereka dapat merasakan berbagai varian rasa kopi Tempuranduwur sambil dipandu langsung oleh para petaninya. Pengembangan fasilitas pendukung seperti kedai kopi sederhana, homestay di rumah warga, dan toko yang menjual biji kopi sebagai oleh-oleh akan melengkapi ekosistem agrowisata ini dan memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat.
Visi Masa Depan: Membangun Merek dan Menghadapi Tantangan Iklim
Menatap ke depan, Desa Tempuranduwur memiliki visi untuk memantapkan posisinya sebagai produsen kopi spesialti terkemuka sekaligus sebagai desa agrowisata kopi yang dikenal luas. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa tantangan perlu dihadapi. Tantangan terbesar ialah perubahan iklim, yang dapat mengancam stabilitas suhu dan curah hujan yang sangat krusial bagi tanaman kopi Arabika. Oleh karena itu, adopsi praktik pertanian yang adaptif terhadap iklim menjadi sebuah keharusan.Tantangan lain ialah dalam hal branding dan akses pasar. Membangun merek "Kopi Tempuranduwur" yang kuat membutuhkan konsistensi kualitas, pengemasan yang menarik, dan strategi pemasaran yang efektif, terutama melalui platform digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Pemerintah desa, bersama dengan kelompok tani, memegang peran penting dalam memfasilitasi pelatihan, sertifikasi produk, dan membangun jaringan pasar langsung ke para penyangrai atau kafe, sehingga memotong rantai tengkulak dan meningkatkan pendapatan petani.Dengan semangat inovasi dan kerja keras, Desa Tempuranduwur berada di jalur yang tepat untuk tidak hanya bertahan sebagai desa agraris, tetapi juga bertumbuh sebagai destinasi yang membanggakan, di mana setiap cangkir kopinya menceritakan kisah tentang anugerah alam, ketekunan manusia, dan harapan akan masa depan yang lebih cerah.